SELAMAT DATANG

Selamat datang ....... di ....... KAWASAN TANPA BATAS ....... “ARAska Banjar” ....... 'ArasKa' ....... ‘araskata’ ....... ‘katalangit’ ....... ‘kelana sastra.

Minggu, 30 Agustus 2009

ARAska - Puisi Photo : aku demi AKU

ARAska - Puisi : aku demi AKU

aku demi AKU

aku adalah ranting
yang tumbuh dari pohon jiwa
yang rimbun bersama daun ma’na
yang menaungi teriknya mentari bala
yang mencengkram erat bumi disaat badai menerpa

aku adalah angin
yang berlari mengelilingi bumi
yang mengalir dalam nafas
yang menyatu dalam darah

aku adalah petir
yang membelah langit
yang membakar apa yang dijamah
yang bernyanyi bersama guntur

aku adalah siang
yang menari bersama mentari mengelilingi galaksi
aku adalah malam
yang bersenandung bersama rembulan

aku adalah air
yang menuju muara samudera
aku adalah gunung
yang taat pada diam
aku adalah tanah
yang menjadi pijakan baitullah

aku adalah rajawali
yang melintasi awan awan
aku adalah singa
yang bertarung demi kehormatan

aku adalah pedang
yang memancung pongahnya angkara
aku adalah panah
yang menembus dinding baja nafsu
aku adalah mimpi buruk
yang datang pada lalai
aku adalah bungan setaman mewangi
yang tumbuh diladang tafakkur

aku adalah masa lalu
saat menetap pada ketentuan
aku adalah masa kini
saat menjadi anak waktu
aku adalah masa depan
saat rencana akhiran

aku adalah sunyi
saat rintih rindu mengecup hati
aku adalah sepi
saat cinta jauh dari diri

aku adalah sendu
saat menanti panggilan terakhir
aku adalah air mata
saat perih disayat belati dosa
aku adalah do’a
saat harapan menyeru
aku adalah kata
saat dzikir menyentuh lisan

aku adalah kesenangan
saat liqa dengan AKU

tapi aku
musnah pada AKU
karena AKU
pemilik diriku
karena AKU
pencipta diriku
karena AKU
puncak pendakianku
karena AKU
kekasih junjunganku
karena AKU
tempat kembaliku
karena AKU
segala sujudku

karena AKU
Sang AKU
Hhu

(ARAska.Bjm-Kalsel.17.08.09-07:43)

ARAska - Puisi Photo : SANG DARWIS

ARAska - Puisi : SANG DARWIS

SANG DARWIS
(untuk kawan santri)

‘dia’
hilang sulit dicari
datang sulit dimengerti
dikenang teramat berarti
…baginya…
dunia dijelajahi
demi insan insan sejati
dalam cinta abadi
ketenangan haqiki
…damai…
“ Illahi ”

(ARAska- Sekumpul-Martapura-Kalsel, 1991)

Minggu, 16 Agustus 2009

ARAska - Puisi : Kemerdekaan 2

LILIN NEGERIKU

Tiup tiup lilinmu bunda pertiwiku
di hari kelahiranmu yang dirayakan putra dan putrimu
di setiap sudut rumahmu

Tiup tiup lilinmu bunda pertiwiku
berpuluh tahun kau sapih anak anak bangsamu
hingga hantarkan mereka menjadi manusia

Tiup tiup lilinmu bunda pertiwiku
kini umurmu kian renta
kebajikan dan kebijaksanaanmu kini menuai prahara

O, bunda pertiwiku
air susumu kian kering di hisap rakus lintah lintah pertambangan
sisakan sampah bencana dan kesengsaraan

O, bunda pertiwiku
hari ini mereka berpesta untukmu
namun besok mereka berpesta di meja kekuasaan
dan anak anakmu berpesta di gedung diskotik
panggung panggung narkotik

O, bunda pertiwiku
cucu cucumu masih diperbodoh
oleh biaya pendidikan yang kian mahal
di estalase toko pembangunan berlabel halal

O, bunda pertiwiku
kami anak anakmu yang tersingkir di sudut pembangunan
kami lapar
kami lapar
harga harga kian tak terkapar

Padamu negeri kami mengabdi
Padamu negeri derita kami
Padamu negeri jiwa raga kami
Padamu negeri kesucianmu ternodai

O, bunda pertiwiku
tangismu tangisku
lilinmu redup pilu

(ARAska.Bjm-Kalsel.17.08.06-12:31)

ARAska - Puisi : Kemerdekaan 1

Kabut KEMERDEKAAN

Merdeka merdeka
Hari ini teriakan itu menggema
Tapi adakah kemakmuran di negeri ini merdeka
adakah keadilan merdeka
adakah kesejahteraan merdeka
adakah kejujuran merdeka
adakah hutang bangsa merdeka
dari bunga piutang negeri adikuasa

Belum
Belum

Semuanya masih terjajah
hutan kami masih terjajah
flora kami masih terjajah
fauna kami masih terjajah
petani kami masih terjajah
buruh kami masih terjajah
gelandangan kami masih terjajah

Pembangunan di atas perut perut melilit lapar

Suara suara hari ini
Janji-janji yang diucapkan penguasa
hanya slogan kebebasan penjajahan fisik
namun
ekonomi
budaya
dan jiwa bangsa ini
masih di belenggu

Suara suara hati kami sendu
Amarah amarah kami sendu
Ladang ladang kami sendu
Pendidikan pendidikan kami sendu
Kebudayaan kebudayaan kami sendu
Leher kami tercekik oleh harga yang naik
Himpitan kehidupan – hidupkan anarkis
Himpitan kehidupan – hidupkan kriminalitas

Lihat bangsa asing
dengan merdeka menjarah harta bumi kami
dihantar pengkhianat berdasi
yang menjual nama kami

Berkibar dan berkibar hari ini
di setiap jengkal tanah negeri ini
Sang saka merah putih
berparade di atas angin nusantara negeri tercinta
Berkibar gagah lambang keberanian dan kesucian

Namun berkibar pula bendera bendera perompak
Ironi panji panji nafsu maling maling bangsa
lambang kelicikan dan kemunafikan

O, sang saka
di bulan ini kau jumawa
bak pendekar kesatria
di beri minyak wangi
di cium dan diagungkan
dengan tembakan salvo penghormatan
yang getarkan gendang gendang telinga
namun di bulan nanti
kau akan terlipat rapi
di sudut hati almari tua
bersama kutu kutu busuk
yang dengan rakus menggerogoti bangsa

O, sang saka
hanya di bulan ini
kau terbebaskan berkelana
kesetiap pelosok sudut negeri
dan di bulan nanti
kau kembali dipenjarakan
oleh undang undang
yang bernama kemerdekaan dan keadilan

O, sang saka
keberanian dan kesucianmu
kini
hanya menjadi gema
yang bergetar pilu
dalam roda sejarah
perjuangan yang terlindas
kereta kereta kemoderenan
dan darah pejuang yang tlah tertumpah terlupakan

Garuda merintih
Tanah tumpah darah tertatih
Letih menyapih kasih
Hati kami putramu putrimu perih
Proklamasikan kata kata pedih
Pada kabut kemerdekaan jerih

(ARAska.Bjm-Kalsel.17.08.06-10:00)

Sabtu, 08 Agustus 2009

ARAska - Puisi : DO’A untuk SAKRATULMAUT

(Bagi senior seni yang telah pulang : Mbah Surif, WS. Rendra, M. Rifani Jamhari, dll) tunggu “aku akan menyusul)

masa hidup kehidupan sejaman
dalam laku ku berkesenian
kusaksikan tetua seniman
satu persatu pulang keasal kejadian
menuju terminal peristirahatan penghabisan
jalan yang dilalui tinggalkan kenangan
hingga akhir jaman

kubertanya pada jaman
kapan giliranku penuhi panggilan
“kullunafsin jaikatulmaut”
mungkin nanti nafasku diakhiran
saat ajrail tunaikan tugas pelepasan
tiada tinggalkan catatan
tak jua pemberiataan
tanpa nisan
tanpa tanah kuburan
tanpa tangisan
tanpa senandung perpisahan
agar ikhlas roh pengabdian
hanya kesendirian
hanya kesunyian
hanya keheningan
disambut parade cacing kelaparan
yang berkata suka cita penuh kegembiraan
“ayo kita sambut jasad sipulan bin sipulan”
“dengan pesta makan makan”
ditunggu nungkar nangkir ajukan pertanyaan
menyandang gada dan cemeti tebarkan aroma kengerian

kilatan jadzab imdad kesadaran
lakukan seruan
hey nafsu yang menuntun pada kemungkaran
amal jua hanya afkiran
dosa bertimbun serimbun semak perbukitan
hey jiwa “ kafaka fadhlaan fil`ulaal’a`laa - syafa’at nurul mushthofa mala`al ‘akwan
lalu sujud hina pada kehambaan

kilatan munajat kesadaran
bashirah tetapkan keyakinan
lalu kuhaturkan mohon pada pencipta jaman
beserta bunga dzikir setaman
dalam bongkar sujud persembahan
fana fil hadratildzauq kecintaan
wahai yang maha Rahman
jemput aku keharibaan
sesuai janji taqdir yang Kau tetapkan
tanpa ikatan keduniawian
tanpa sorga sebagai tujuan
tanpa neraka oleh karna ketakutan
hanya maqam fillhubb ke Ilahian
wallah “kulluman ‘alayhhaa faan”


(ARAska.Bjb-Kalsel.07.08.09-11:59)

ARAska - Puisi : Rindu dimalam Nisfu

rembulan melingkar penuh dilangit malam
cahayanya menerangi alam
tebarkan rahmat yang dalam
pada hati yang sujud pada sang Kalam
sedari senja pergantian alam
bersimpuh luruh penuh pada baitullah
menanti adzan panggilan Allah
tafakkur musyahadah muraqabah
ah... telaga hati menderu
menetes bening pada 'ain rindu
rindu menyayat
pada syeikh murabbi mursyid selagi hayat
rindu merintih lirih
pada rasulullah sang kekasih
rindu sembilu pada sang Hhu

dimalam bersinar ini
ku ucapkan pada semua sahabat dan tolan
Selamat melaksanakan ibadah sunnah nisfu sya'ban
semoga Rahmat Nya selalu menyertai kita semua

(ARAska-maqam Ayah Guru. musholla Arraudah. Sekumpul. Martapura.kalsel..05.06.09)