SELAMAT DATANG
Minggu, 30 Agustus 2009
ARAska - Puisi : aku demi AKU
aku demi AKU
aku adalah ranting
yang tumbuh dari pohon jiwa
yang rimbun bersama daun ma’na
yang menaungi teriknya mentari bala
yang mencengkram erat bumi disaat badai menerpa
aku adalah angin
yang berlari mengelilingi bumi
yang mengalir dalam nafas
yang menyatu dalam darah
aku adalah petir
yang membelah langit
yang membakar apa yang dijamah
yang bernyanyi bersama guntur
aku adalah siang
yang menari bersama mentari mengelilingi galaksi
aku adalah malam
yang bersenandung bersama rembulan
aku adalah air
yang menuju muara samudera
aku adalah gunung
yang taat pada diam
aku adalah tanah
yang menjadi pijakan baitullah
aku adalah rajawali
yang melintasi awan awan
aku adalah singa
yang bertarung demi kehormatan
aku adalah pedang
yang memancung pongahnya angkara
aku adalah panah
yang menembus dinding baja nafsu
aku adalah mimpi buruk
yang datang pada lalai
aku adalah bungan setaman mewangi
yang tumbuh diladang tafakkur
aku adalah masa lalu
saat menetap pada ketentuan
aku adalah masa kini
saat menjadi anak waktu
aku adalah masa depan
saat rencana akhiran
aku adalah sunyi
saat rintih rindu mengecup hati
aku adalah sepi
saat cinta jauh dari diri
aku adalah sendu
saat menanti panggilan terakhir
aku adalah air mata
saat perih disayat belati dosa
aku adalah do’a
saat harapan menyeru
aku adalah kata
saat dzikir menyentuh lisan
aku adalah kesenangan
saat liqa dengan AKU
tapi aku
musnah pada AKU
karena AKU
pemilik diriku
karena AKU
pencipta diriku
karena AKU
puncak pendakianku
karena AKU
kekasih junjunganku
karena AKU
tempat kembaliku
karena AKU
segala sujudku
karena AKU
Sang AKU
Hhu
(ARAska.Bjm-Kalsel.17.08.09-07:43)
aku adalah ranting
yang tumbuh dari pohon jiwa
yang rimbun bersama daun ma’na
yang menaungi teriknya mentari bala
yang mencengkram erat bumi disaat badai menerpa
aku adalah angin
yang berlari mengelilingi bumi
yang mengalir dalam nafas
yang menyatu dalam darah
aku adalah petir
yang membelah langit
yang membakar apa yang dijamah
yang bernyanyi bersama guntur
aku adalah siang
yang menari bersama mentari mengelilingi galaksi
aku adalah malam
yang bersenandung bersama rembulan
aku adalah air
yang menuju muara samudera
aku adalah gunung
yang taat pada diam
aku adalah tanah
yang menjadi pijakan baitullah
aku adalah rajawali
yang melintasi awan awan
aku adalah singa
yang bertarung demi kehormatan
aku adalah pedang
yang memancung pongahnya angkara
aku adalah panah
yang menembus dinding baja nafsu
aku adalah mimpi buruk
yang datang pada lalai
aku adalah bungan setaman mewangi
yang tumbuh diladang tafakkur
aku adalah masa lalu
saat menetap pada ketentuan
aku adalah masa kini
saat menjadi anak waktu
aku adalah masa depan
saat rencana akhiran
aku adalah sunyi
saat rintih rindu mengecup hati
aku adalah sepi
saat cinta jauh dari diri
aku adalah sendu
saat menanti panggilan terakhir
aku adalah air mata
saat perih disayat belati dosa
aku adalah do’a
saat harapan menyeru
aku adalah kata
saat dzikir menyentuh lisan
aku adalah kesenangan
saat liqa dengan AKU
tapi aku
musnah pada AKU
karena AKU
pemilik diriku
karena AKU
pencipta diriku
karena AKU
puncak pendakianku
karena AKU
kekasih junjunganku
karena AKU
tempat kembaliku
karena AKU
segala sujudku
karena AKU
Sang AKU
Hhu
(ARAska.Bjm-Kalsel.17.08.09-07:43)
ARAska - Puisi : SANG DARWIS
SANG DARWIS
(untuk kawan santri)
‘dia’
hilang sulit dicari
datang sulit dimengerti
dikenang teramat berarti
…baginya…
dunia dijelajahi
demi insan insan sejati
dalam cinta abadi
ketenangan haqiki
…damai…
“ Illahi ”
(ARAska- Sekumpul-Martapura-Kalsel, 1991)
(untuk kawan santri)
‘dia’
hilang sulit dicari
datang sulit dimengerti
dikenang teramat berarti
…baginya…
dunia dijelajahi
demi insan insan sejati
dalam cinta abadi
ketenangan haqiki
…damai…
“ Illahi ”
(ARAska- Sekumpul-Martapura-Kalsel, 1991)
Minggu, 16 Agustus 2009
ARAska - Puisi : Kemerdekaan 2
LILIN NEGERIKU
Tiup tiup lilinmu bunda pertiwiku
di hari kelahiranmu yang dirayakan putra dan putrimu
di setiap sudut rumahmu
Tiup tiup lilinmu bunda pertiwiku
berpuluh tahun kau sapih anak anak bangsamu
hingga hantarkan mereka menjadi manusia
Tiup tiup lilinmu bunda pertiwiku
kini umurmu kian renta
kebajikan dan kebijaksanaanmu kini menuai prahara
O, bunda pertiwiku
air susumu kian kering di hisap rakus lintah lintah pertambangan
sisakan sampah bencana dan kesengsaraan
O, bunda pertiwiku
hari ini mereka berpesta untukmu
namun besok mereka berpesta di meja kekuasaan
dan anak anakmu berpesta di gedung diskotik
panggung panggung narkotik
O, bunda pertiwiku
cucu cucumu masih diperbodoh
oleh biaya pendidikan yang kian mahal
di estalase toko pembangunan berlabel halal
O, bunda pertiwiku
kami anak anakmu yang tersingkir di sudut pembangunan
kami lapar
kami lapar
harga harga kian tak terkapar
Padamu negeri kami mengabdi
Padamu negeri derita kami
Padamu negeri jiwa raga kami
Padamu negeri kesucianmu ternodai
O, bunda pertiwiku
tangismu tangisku
lilinmu redup pilu
(ARAska.Bjm-Kalsel.17.08.06-12:31)
Tiup tiup lilinmu bunda pertiwiku
di hari kelahiranmu yang dirayakan putra dan putrimu
di setiap sudut rumahmu
Tiup tiup lilinmu bunda pertiwiku
berpuluh tahun kau sapih anak anak bangsamu
hingga hantarkan mereka menjadi manusia
Tiup tiup lilinmu bunda pertiwiku
kini umurmu kian renta
kebajikan dan kebijaksanaanmu kini menuai prahara
O, bunda pertiwiku
air susumu kian kering di hisap rakus lintah lintah pertambangan
sisakan sampah bencana dan kesengsaraan
O, bunda pertiwiku
hari ini mereka berpesta untukmu
namun besok mereka berpesta di meja kekuasaan
dan anak anakmu berpesta di gedung diskotik
panggung panggung narkotik
O, bunda pertiwiku
cucu cucumu masih diperbodoh
oleh biaya pendidikan yang kian mahal
di estalase toko pembangunan berlabel halal
O, bunda pertiwiku
kami anak anakmu yang tersingkir di sudut pembangunan
kami lapar
kami lapar
harga harga kian tak terkapar
Padamu negeri kami mengabdi
Padamu negeri derita kami
Padamu negeri jiwa raga kami
Padamu negeri kesucianmu ternodai
O, bunda pertiwiku
tangismu tangisku
lilinmu redup pilu
(ARAska.Bjm-Kalsel.17.08.06-12:31)
ARAska - Puisi : Kemerdekaan 1
Kabut KEMERDEKAAN
Merdeka merdeka
Hari ini teriakan itu menggema
Tapi adakah kemakmuran di negeri ini merdeka
adakah keadilan merdeka
adakah kesejahteraan merdeka
adakah kejujuran merdeka
adakah hutang bangsa merdeka
dari bunga piutang negeri adikuasa
Belum
Belum
Semuanya masih terjajah
hutan kami masih terjajah
flora kami masih terjajah
fauna kami masih terjajah
petani kami masih terjajah
buruh kami masih terjajah
gelandangan kami masih terjajah
Pembangunan di atas perut perut melilit lapar
Suara suara hari ini
Janji-janji yang diucapkan penguasa
hanya slogan kebebasan penjajahan fisik
namun
ekonomi
budaya
dan jiwa bangsa ini
masih di belenggu
Suara suara hati kami sendu
Amarah amarah kami sendu
Ladang ladang kami sendu
Pendidikan pendidikan kami sendu
Kebudayaan kebudayaan kami sendu
Leher kami tercekik oleh harga yang naik
Himpitan kehidupan – hidupkan anarkis
Himpitan kehidupan – hidupkan kriminalitas
Lihat bangsa asing
dengan merdeka menjarah harta bumi kami
dihantar pengkhianat berdasi
yang menjual nama kami
Berkibar dan berkibar hari ini
di setiap jengkal tanah negeri ini
Sang saka merah putih
berparade di atas angin nusantara negeri tercinta
Berkibar gagah lambang keberanian dan kesucian
Namun berkibar pula bendera bendera perompak
Ironi panji panji nafsu maling maling bangsa
lambang kelicikan dan kemunafikan
O, sang saka
di bulan ini kau jumawa
bak pendekar kesatria
di beri minyak wangi
di cium dan diagungkan
dengan tembakan salvo penghormatan
yang getarkan gendang gendang telinga
namun di bulan nanti
kau akan terlipat rapi
di sudut hati almari tua
bersama kutu kutu busuk
yang dengan rakus menggerogoti bangsa
O, sang saka
hanya di bulan ini
kau terbebaskan berkelana
kesetiap pelosok sudut negeri
dan di bulan nanti
kau kembali dipenjarakan
oleh undang undang
yang bernama kemerdekaan dan keadilan
O, sang saka
keberanian dan kesucianmu
kini
hanya menjadi gema
yang bergetar pilu
dalam roda sejarah
perjuangan yang terlindas
kereta kereta kemoderenan
dan darah pejuang yang tlah tertumpah terlupakan
Garuda merintih
Tanah tumpah darah tertatih
Letih menyapih kasih
Hati kami putramu putrimu perih
Proklamasikan kata kata pedih
Pada kabut kemerdekaan jerih
(ARAska.Bjm-Kalsel.17.08.06-10:00)
Merdeka merdeka
Hari ini teriakan itu menggema
Tapi adakah kemakmuran di negeri ini merdeka
adakah keadilan merdeka
adakah kesejahteraan merdeka
adakah kejujuran merdeka
adakah hutang bangsa merdeka
dari bunga piutang negeri adikuasa
Belum
Belum
Semuanya masih terjajah
hutan kami masih terjajah
flora kami masih terjajah
fauna kami masih terjajah
petani kami masih terjajah
buruh kami masih terjajah
gelandangan kami masih terjajah
Pembangunan di atas perut perut melilit lapar
Suara suara hari ini
Janji-janji yang diucapkan penguasa
hanya slogan kebebasan penjajahan fisik
namun
ekonomi
budaya
dan jiwa bangsa ini
masih di belenggu
Suara suara hati kami sendu
Amarah amarah kami sendu
Ladang ladang kami sendu
Pendidikan pendidikan kami sendu
Kebudayaan kebudayaan kami sendu
Leher kami tercekik oleh harga yang naik
Himpitan kehidupan – hidupkan anarkis
Himpitan kehidupan – hidupkan kriminalitas
Lihat bangsa asing
dengan merdeka menjarah harta bumi kami
dihantar pengkhianat berdasi
yang menjual nama kami
Berkibar dan berkibar hari ini
di setiap jengkal tanah negeri ini
Sang saka merah putih
berparade di atas angin nusantara negeri tercinta
Berkibar gagah lambang keberanian dan kesucian
Namun berkibar pula bendera bendera perompak
Ironi panji panji nafsu maling maling bangsa
lambang kelicikan dan kemunafikan
O, sang saka
di bulan ini kau jumawa
bak pendekar kesatria
di beri minyak wangi
di cium dan diagungkan
dengan tembakan salvo penghormatan
yang getarkan gendang gendang telinga
namun di bulan nanti
kau akan terlipat rapi
di sudut hati almari tua
bersama kutu kutu busuk
yang dengan rakus menggerogoti bangsa
O, sang saka
hanya di bulan ini
kau terbebaskan berkelana
kesetiap pelosok sudut negeri
dan di bulan nanti
kau kembali dipenjarakan
oleh undang undang
yang bernama kemerdekaan dan keadilan
O, sang saka
keberanian dan kesucianmu
kini
hanya menjadi gema
yang bergetar pilu
dalam roda sejarah
perjuangan yang terlindas
kereta kereta kemoderenan
dan darah pejuang yang tlah tertumpah terlupakan
Garuda merintih
Tanah tumpah darah tertatih
Letih menyapih kasih
Hati kami putramu putrimu perih
Proklamasikan kata kata pedih
Pada kabut kemerdekaan jerih
(ARAska.Bjm-Kalsel.17.08.06-10:00)
Sabtu, 08 Agustus 2009
ARAska - Puisi : DO’A untuk SAKRATULMAUT
(Bagi senior seni yang telah pulang : Mbah Surif, WS. Rendra, M. Rifani Jamhari, dll) tunggu “aku akan menyusul)
masa hidup kehidupan sejaman
dalam laku ku berkesenian
kusaksikan tetua seniman
satu persatu pulang keasal kejadian
menuju terminal peristirahatan penghabisan
jalan yang dilalui tinggalkan kenangan
hingga akhir jaman
kubertanya pada jaman
kapan giliranku penuhi panggilan
“kullunafsin jaikatulmaut”
mungkin nanti nafasku diakhiran
saat ajrail tunaikan tugas pelepasan
tiada tinggalkan catatan
tak jua pemberiataan
tanpa nisan
tanpa tanah kuburan
tanpa tangisan
tanpa senandung perpisahan
agar ikhlas roh pengabdian
hanya kesendirian
hanya kesunyian
hanya keheningan
disambut parade cacing kelaparan
yang berkata suka cita penuh kegembiraan
“ayo kita sambut jasad sipulan bin sipulan”
“dengan pesta makan makan”
ditunggu nungkar nangkir ajukan pertanyaan
menyandang gada dan cemeti tebarkan aroma kengerian
kilatan jadzab imdad kesadaran
lakukan seruan
hey nafsu yang menuntun pada kemungkaran
amal jua hanya afkiran
dosa bertimbun serimbun semak perbukitan
hey jiwa “ kafaka fadhlaan fil`ulaal’a`laa - syafa’at nurul mushthofa mala`al ‘akwan
lalu sujud hina pada kehambaan
kilatan munajat kesadaran
bashirah tetapkan keyakinan
lalu kuhaturkan mohon pada pencipta jaman
beserta bunga dzikir setaman
dalam bongkar sujud persembahan
fana fil hadratildzauq kecintaan
wahai yang maha Rahman
jemput aku keharibaan
sesuai janji taqdir yang Kau tetapkan
tanpa ikatan keduniawian
tanpa sorga sebagai tujuan
tanpa neraka oleh karna ketakutan
hanya maqam fillhubb ke Ilahian
wallah “kulluman ‘alayhhaa faan”
(ARAska.Bjb-Kalsel.07.08.09-11:59)
masa hidup kehidupan sejaman
dalam laku ku berkesenian
kusaksikan tetua seniman
satu persatu pulang keasal kejadian
menuju terminal peristirahatan penghabisan
jalan yang dilalui tinggalkan kenangan
hingga akhir jaman
kubertanya pada jaman
kapan giliranku penuhi panggilan
“kullunafsin jaikatulmaut”
mungkin nanti nafasku diakhiran
saat ajrail tunaikan tugas pelepasan
tiada tinggalkan catatan
tak jua pemberiataan
tanpa nisan
tanpa tanah kuburan
tanpa tangisan
tanpa senandung perpisahan
agar ikhlas roh pengabdian
hanya kesendirian
hanya kesunyian
hanya keheningan
disambut parade cacing kelaparan
yang berkata suka cita penuh kegembiraan
“ayo kita sambut jasad sipulan bin sipulan”
“dengan pesta makan makan”
ditunggu nungkar nangkir ajukan pertanyaan
menyandang gada dan cemeti tebarkan aroma kengerian
kilatan jadzab imdad kesadaran
lakukan seruan
hey nafsu yang menuntun pada kemungkaran
amal jua hanya afkiran
dosa bertimbun serimbun semak perbukitan
hey jiwa “ kafaka fadhlaan fil`ulaal’a`laa - syafa’at nurul mushthofa mala`al ‘akwan
lalu sujud hina pada kehambaan
kilatan munajat kesadaran
bashirah tetapkan keyakinan
lalu kuhaturkan mohon pada pencipta jaman
beserta bunga dzikir setaman
dalam bongkar sujud persembahan
fana fil hadratildzauq kecintaan
wahai yang maha Rahman
jemput aku keharibaan
sesuai janji taqdir yang Kau tetapkan
tanpa ikatan keduniawian
tanpa sorga sebagai tujuan
tanpa neraka oleh karna ketakutan
hanya maqam fillhubb ke Ilahian
wallah “kulluman ‘alayhhaa faan”
(ARAska.Bjb-Kalsel.07.08.09-11:59)
ARAska - Puisi : Rindu dimalam Nisfu
rembulan melingkar penuh dilangit malam
cahayanya menerangi alam
tebarkan rahmat yang dalam
pada hati yang sujud pada sang Kalam
sedari senja pergantian alam
bersimpuh luruh penuh pada baitullah
menanti adzan panggilan Allah
tafakkur musyahadah muraqabah
ah... telaga hati menderu
menetes bening pada 'ain rindu
rindu menyayat
pada syeikh murabbi mursyid selagi hayat
rindu merintih lirih
pada rasulullah sang kekasih
rindu sembilu pada sang Hhu
dimalam bersinar ini
ku ucapkan pada semua sahabat dan tolan
Selamat melaksanakan ibadah sunnah nisfu sya'ban
semoga Rahmat Nya selalu menyertai kita semua
(ARAska-maqam Ayah Guru. musholla Arraudah. Sekumpul. Martapura.kalsel..05.06.09)
cahayanya menerangi alam
tebarkan rahmat yang dalam
pada hati yang sujud pada sang Kalam
sedari senja pergantian alam
bersimpuh luruh penuh pada baitullah
menanti adzan panggilan Allah
tafakkur musyahadah muraqabah
ah... telaga hati menderu
menetes bening pada 'ain rindu
rindu menyayat
pada syeikh murabbi mursyid selagi hayat
rindu merintih lirih
pada rasulullah sang kekasih
rindu sembilu pada sang Hhu
dimalam bersinar ini
ku ucapkan pada semua sahabat dan tolan
Selamat melaksanakan ibadah sunnah nisfu sya'ban
semoga Rahmat Nya selalu menyertai kita semua
(ARAska-maqam Ayah Guru. musholla Arraudah. Sekumpul. Martapura.kalsel..05.06.09)
Langganan:
Postingan (Atom)