RAMADHAN YA RAMADHAN
IDUL FITRI ADALAH KETIKA SAKRATUL MAUT
Ramadhan ya ramadhan. Bumi menjadi sejuk saat ramadhan tiba, lautan ayat-ayat suci menghiasi malamnya, ibadah-ibadah sunnah di semai untuk panen raya. Satu bulan, bulan barokah umat Rasulullah berlomba-lomba dalam amal dan ibadah. Mesjid dan mosholla menjadi ramai, karena dibulan ini ada satu malam di mana Al Qur’an diturunkan, karena dibulan ini ada satu malam ‘malam seribu bulan kegembiraan. Bila siang datang mereka menahan haus dan lapar kewajiban di bulan ini untuk fitri di hari suci, zikir dan tahmid menggema di langit, serta berzakat bagi yang mampu.
Ramadhan ya ramadhan. Ucapan-ucapan selamat membanjiri telepon-telepon genggam dan kartu-kartu ucapan ; Selamat menunaikan ibadah puasa. Pun jua ketika dekat hari raya, banjir menjadi badai ; Selamat hari raya idul fitri, mohon maaf lahir dan bathin. O….. sungguh semarak !
Satu bulan dalam dua belas bulan, Allah jadikan bulan beramal. Di mana pahala di lipat gandakan, pintu sorga di buka seluas-luasnya dan di tutup rapat pintu siksa neraka.
Di balik semua itu ada hal lain yang terlupa…..
Dalam bulan ramadhan ini kita beramal dengan giat, namun bagaimana pada bulan-bulan setelahnya, adakah itu menjadi suatu kemunafikan, heforia sesaat….
yang ketika ramadhan telah lewat
sajadah terlipat dalam almari
Al Qur’an tersimpan dalam laci
mesjid dan musholla kembali sepi
haus dan lapar tiada berlaku lagi
Ramadhan ya ramadhan. Sungguh seharusnya haus dan lapar yang telah di tempa dalam bulan suci-Mu, akan menjadikan jiwa peka pada kaum dhuafa, tapi setelah bulan suci-Mu itu, kita lalai hingga menjadi hal lain yang terlupa…
Hari ke 7 ramadhan, satu sms hadir dihadapan ku ; “Selamat menunaikan ibadah puasa, mari kita berlomba dalam ibadah. Bagi orang mu’min tiada kan puas, sebelum di buka pintu sorga dan di tutup bagi mereka pintu neraka”.
Terimakasih atas ucapan yang kau berikan sobat, tetapi bukan itu yang kutuju…
Aku tercenung dalam tafakur musyahadah dan murakobah….
ya…Rabb
ibadahku bukan untuk sorga dan bukan pula karena takut akan neraka
ya…Rabb
bila ibadahku Kau beri pahala, itu adalah haq Mu
bukan haqku
ya…Rabb
jadikan hati dan pikiranku
dalam bulan yang lain selain ramadhan selalu dalam ramadhan dan hari fitri
ya…Rabb
jadikan nujulul Qur’an selalu melantun dalam lisanku
ya…Rabb
jadikan malam seribu bulanku bukan cuma pada malam ramadhan ini
tapi setiap malam dalam 360 hari malam Mu
ketika aku hadir dalam hadratul mahabbah Mu
dan fana ul fana dalam hubb Mu
ya…Rabb
jadikan zikir mengalir dalam setiap tarikan nafasku
dan detak jantungku menjadi genderang kebesaran Mu.
ya…Rabb
tutup mata dan telingaku dari yang lain selain keagungan Mu
dan semaikan lisanku bersholawat bagi rasul Mu
serta jadikan hatiku mencintai auliya Mu.
O…ramadhan ya ramadhan
Roh Mu tiada kenal waktu hanya bagi hati yang rindu pada Mu.
karena bagiku hanya Kamu.
Aku adalah makhluk yang terdampar di dunia karena dosa khuldi, maka kesalahan, kelalaian dan kezholiman adalah bagian dari diri. Sehingga hanya dengan rahmat-Mu jua aku bisa kembali…
Nun…
Darwis-darwis pengelana di safana reliji, dalam tuntunan syekh mursyid murabbi, beserta Rasulullah yang meng-Imami, membimbing jiwa menghadap Allahurabbi.
Bagi mereka sakratul maut adalah hari raya idul fitri, saat bertemu Allahurabbi pencipta diri ini.
Kini tanganku terdiam pada satu titik. Awal penciptaan roh, akhir dari kalimat. Daya dan upaya tiada lagi memberi bekas, kecuali hanya rahman dan rahim-Nya.
“Bala, Syahidna”.
(ARAska-Banjarmasin-Kalsel,
malam minggu malam kedelapan ramadhan 1427 H,
30.09.06 M-20:55)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar